METODE
PELAKSANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN
Disusun oleh
Nama : FATKHUSANI
NIM : 201431044
Jurusan : TEKNIK SIPIL
Mata kuliah : METODE
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Dosen Pembimbing : ANDRI ATRHONO ST,MT
INSTITUT SAIN DAN
TEKHNOLOGI
AL-KAMAL
1.1 LATAR
BELAKANG
Jembatan
merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini biasanya jalan berupa
lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk, 1995). Jembatan
memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat kepentingan yang
berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir. Bambang
Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan
merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan
lumpuh.
Tipe
jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah peradaban manusia,
dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks, dengan material yang
sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis jembatan yang terus
berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus tepat
memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.
Perencanaan
sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam menentukan jenis
jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan metode
pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat, praktis,
cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Rancang
bangun jembatan ini terbagi menjadi tiga bagian utama :
1. Abutmen
2. Pilar
a. Pilar darat
b. Pilar laut
3.
Gelagar
Gambar
konstruksi suatu jembatan.
Kedua
macam pilar tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai
penopang gelagar jembatan. Kondisi dan konstruksi kedua pilar ini berbeda.
Pilar darat dibuat dan ditanam didarat sedangkan pilar laut ditanam didasar
laut.
Gambar
contoh Pilar Laut
1.Konstruksi ABUTMEN
Dalam
pembuatan abutmen haruslah ditentukan terlebih dahulu pemilikan begisting.
Setelah diadakan penelitian begisting pasang bongkar lebih cocok dan hemat
dalam pelaksanaannya. Dalam setiap tahapan kerja selalu melakukan pengendalian
mutu. Mutu material dipilih dan diuji secara random. Pilr darat berfungsi sebagai
pembantu pilar laut yang tugasnya menopang hampir seluruh beban gelagar
jembatan.pembuatannya dilakukan secara bertahap;
1. Pembuatan bor pile
sebagai pondasinya.
2. Pembuatan Pile cap
sebagai landasan pilarnya
3. Pembuatan pilar
darat
Konstruksi
pilar darat ini dibuat dengan 4 kolom pilar yang akan menerima beban langsung
dari gelagar jembatan.
Pilar
laut ini adalah sebagai pilar inti penopang gelagar jembatan.untuk ukuran dan
konstruksi berbeda dengan pilar darat
Pada
pilar laut dikerjakan secara bertahap dan bibagi menjadi 4 bagian pokok:
1. Konstruksi
core pile
2. Pile
cape (juga berfungsi sebagai penopang pilar laut
3. Konstruksi
pilar laut
4. Bentangan
gelagar/box girder
1.
Konstruksi Core PilE
a. Core Inner
Pile
Tahap
awal pembuatan pilar laut adalah pemancangan pipa chasing dengan diameter 180
cm sepanjang 33 m dengan jumlah 36 pipa. Untuk setiap pilar laut
ditambah dua buah timepureri chasing. Pemancangan harus sampai ditanah keras
atau bebatuan kemudian dibor dengan kedalaman 4 meter dan chasing diturunkan
juga mencapai 4 m. Khusus trompai chasing diturunkan hingga 9 meter. Pengeboran
dilanjutkan lagi hingga mencapai 14 m. Untuk pipa casing core pile disetiap
sisi telah dipasang cluth dan disisi yang lain dipasang site conektor. Masing
masing sebagai penyambung pipa yang jadi satu dengan pipa chasing
lainnya.urutan pemancangan pipa casing cold pile dilakukan secara silang.
Setelah pipa pipa inner pile tertanam semua kemudian dilakukan airlift. airlift
berfungsi untuk membersihkan kotoran lumpur yang tidak diperlukan pada beton.
Selesai airlift pipa grouting dimasukan dan dilanjutkan penulangan. Besi tulang
dirangkai didarat dan dimasukan kedalam pipa chasing secara berurutan. Kini
pile siap dilakukan pengecoran. Untuk menjamin mutu beton k350 tahan sulfat
selama pengecoran dilakukan presure test; beton dicetak berbentuk kubus,
bahannya diambil secara sampling dari tiap tiap 20m3 adonan beton kemudian
dipasang label dan dikeringkan. Pengeringan selama 3 hari. Presure test
dilakukan secara bertahap berdasarkan lama pengeringan; mulai 3 hari; 7 hari;
21 hari sampai 28 hari sampai bisa dipastikan semakin lama semakin keras.
Pengecoran
bore pile dilakukan dengan sistem tremie yaitu pipa tramie yang dalamnya sudah
diisi pipa pelampung dimasukan kedalam –pipa casing sampai kedasar pengeboran
pelampung berfungsi sebagai penyikat beton dan air yang ada didalam pipa tremie
saat beton dipompakan kedalam pipa trani pelampung akan pecah atau naik ke
permukaan air. Untuk mendapatkan beton yang bermutu treni harus ada dipermukaan
beton, tidak diijinkan diatas permukaan beton atau terlalu kedalam. Begitu
seterusnya hingga permukaan beton mencapai permukaan kerja. Saat lantai kerja
dilepas beton yang jelek kan tumpah kelaut sehingga didapatkan permukaan beton
yang bermutu k 350. Setelah beton berumur 24 jam kemudian dilakukan grouting
yaitu memasukan mortat proud untuk mengisi rongga rongga. Grouting ini
dilakukan guna mendapatkan hasil beton yang bagus dan tidak berongga.
Caranya
sebagai berikut :
Adukan
mortat groud dimasukan kedalam ujung pipa galvanis dengan tekanan 6 bar sampai
seluruh pipa galvanis terisi penuh. Hal ini ditandai dengan keluarnya adukan
mortat proud dari ujung pipa yang lain. Kemudian ujung pipa ditutupdan tekanan
dinaikan menjadi 75 bar.
Karena
tekanan tinggi karet pembungkjus lubang pipa dibawah membuka atau pecah
sehingga adukan mortal keluar dan menyebar mengisi rongga rongga.
Begitu seterusnya pelaksanaan base grouting sampai rongga rongga terisi
semua. Dalam satu bore pile dipasangan 3 buah instalasi
pipa grouting sehingga dijamin bore pile ini benar benar bagus dan
tidak berongga. Grouting dilakukan juga pada cluth. Prinsip kerjanya sama.
Hanya pada cluth dipasang geotextil dab didalamnya dimasukan dua buah besi
tulangan berdiameter 19 mm sepanjang cluth. Adukan mortat proud
dimasukan kedalam geotextil degan tekanan 40 bar sampai rongga rongga bar
terisi penuh.
b. Core
Pile
Prinsip
kerja dari galian core sama sama dengan pekerjaan airlift hanya pada pekerjaan
ini ujung pipa drill diruncingkan dan dijatuhkan berulang ulang. Tujuannya
untuk menggemburkan tanah keras didalam cole. Material tanah dikeluarkan
bersamaan dengan keluarnya air yang disemburkan kompresor. Begitu seterusnya
sampai mencapai elevasi tanah yang nilai SPTnya 50 atau 8 titik.
Selesai penggalian cole dilanjutkan denganpenggalian penulangan cold
dan airlift. Semuanya dipersiapkan untuk pengecoran coee agar mendapatkan beton
yang benar benar bagus. Beton core memakai kualitas mutu beton k350 dengan slum
18 – 20 cm. Adonan beton k350 dicampur adiktif sikkaform 7 % yang
berfungsi untuk menahan garam laut plus exisator desi 0,5 % yang berfungsi
untuk memperlambat 12 jam pengerasan beton. Volume pengecoran cole mencapai 1200
m3 untuk itu dibagi menjadi 4 tahap dan diperlukan 2 buah Batching, dua buah
concrete pump dan 4 buah pipa tremie. Setiap tahapan pengecoran mencapai tinggi
8 meter 3 kali dan tahap akhir 4 meter 1 kali. Pada akhir pengecoran
core, beton paling atas yang bercampur lumpur dibuang sampai permukaan beton
yang bagus. Setelah pengecoran core mencapai elevasi 2,3 meter kemudian
dilakukan perawatan caranya permukaan beton ditutup styroform setebal 12 cm
tujuan untuk menghambat penguapan dan menghindari terjadinya retak rambut.
Dalam
pelaksanaan pengecoran core ini setiap tahapan selalu diawasi dan diperiksa
spesifikasinya karena diterapkan sistem kendali mutu disetiap proses
kerja
c. Out
Core Pile
Selesai
perawatan core dilanjutkan dengan pemancangan out core pile. Cara pemancangan
sama dengan pada pemancangan iner core pile. Urutan pemancangan disesuaikan
dengan kuatnya arus air laut. Outor pile 1 – 6 diselesaikan dalam
satu sesi. Out core pile ke 7 - 12 dalam sesi yang lain sedangkan autor pile 13
&14 dipasangkan pada centra garis core. Kemudian out core dirangkai dengan
cure pile memakai besi laberzing dan besi siku. Selesai dilakukan perawatan
beton cole dilanjutkan dengan proses pembuatan pile cape.
2. Konstruksi
Pile Cape
Pile
cape ini labuat dengan memasangkan beton pracetak yang dilingkarkan
disekeliling out core pile. Out core pile yang telah sama dikaitkan dengan core
pile ini pada dinding-dindingnya dipasang bracket bracket sebagai penopang
beton pracetak. Pengelasan bracket ini ditentukan dengan bentuk, ukuran dan
ketinggian yang sama kemudian dipasangkan beton cetak. Beton cetak ini
berfungsi sebagai begisting pile cape. Untuk samping dinding dindingnya juga
yang diterapkan beton cetak yang juga berfungsi sebagai begisting.
Untuk
pembesian dilakukan secara silang menerapkan besi beton berdiameter 1 inchi
dengan sistem kolom berjarak 20 cm. Dalam pembesian atau penulangan ini sangat
menghindari sambungan. Sistem pengecoran dengan cara silang dan menerapkan
beton berkualitas k 350. Beton dari batching pump di pompakan dari concrete
pump melalui selang diarahkan sesuai dengan volume pertahap pengecoran. Begitu
seterusnya sampai tahap pertama satu sudut selesai. Untuk satu pile cape
pengecoran dilakukan secara bertahap dan dibagi menjadi 4 tahap.
3. Konstruksi
Pilar
Konstruksi
pilar ada du kolom, dalam satu kolom ada 2 pile cape yang selanjutnya menjadi
titik tumpu beban gelagar. Hammer head ini dibuat berongga dan dapat
dimanfaatkan sebagai jalan kerja peralatan maupun tenaga. Hummer head ini
selain sebagai penopang beban gelagar juga sebagai bagian dari gelagar. Gelagar
yang akan dibuat diawali dari hammer head dan sebahu dengan hummer head.
4. URUTAN PELAKSANAAN
METODE PERANCAH
Sistem
Perancah Falsework
Urutan pelaksanaan sistem ini dapat di uraikan sebagai berikut :
Ø. Dilakukan
pekerjaan-pekerjaan persiapan seperti yang di lakukan nomer 8 Pasang tanda As jembatan pada perletakan
jembatan(abutment/pilar).Kemudian berdasarkan As tersbut tetapkan tanda letak
sisi rangka jembatan .Pasang balok -balok ganjal sementara di bawah titik buhul
ujung jembatan ,setinggi kebutuhan,sehingga cukup untuk mengatur
pemasangan struktur perletakan jembatan .Untuk kestabilan usahakan ganjal
jangan terlalu tinggi
Ø. Berpedoman
pada As sisi rangka baja,perancah dipasang pada tiap titik buhul yang akan di
dukung .Khusus untuk titik buhul yang memiliki baut vertical ,perancah di geser
sedikit agar proses pemasang baut vertical tersebut tidak mengalami
kesulitan .Bila dasar sungai lunak ,tiang –tiang perancah perlu di pancang
secukupnya agar kuat mendukung beban selama pemasangan .Bila dasar sungai keras
,dapat diletakkan saja secara merata dan dilindungi kakinya dengan
bronjong batu /tumpukkan batu /beton cor
Ø Elevasi
perancah pada masing-masing titik buhul harus di sesuaikan dngan perencanaan
jembatan ( beda elevasinya ).
Ø Perancah
pendukung titik buhul sisi kiri di hubungkan dengan perancah pendukung sisi
kanan.kemudian tiap baris di hubungkan dengan balok seperlunya untuk jalan
orang dan transpotasi komponen jembatan .
Ø Batang
- batang bawah rangka baja di pasang lebih dulu sepanjang jembatan ,kemudian di
ikuti di ikuti batang-batang yang lain .Transportasi horizontal batang-batang
rangka baja melalui jembatan penghubung perancah ,sedang transpotasi vertical (
pengangkatan) dapat menggunakan alat takal dan Derek ( crane).urutan pemasangan
batang-batangnya dapat di liahat pada contoh seketsa di bawah ini.
Prinsip
urutan pemasangan yang mula pertama seluruh batang bawah (B1 s/d B7),kemudian
batang D1 & D2 ,di lanjutkan D3 & D4 kemudian di hungkan dengan A1 dst.
Pengencangan
baut di laksanakan secara bertahap ( dua tahap ) yaitu :
1. Tahap
I pada saat erection ,pengencangan antara 70% sampai 80% atau sekuat tenaga manusia.
2. Tahap
II pada saat erection pengencangan baut sudah selesai di lanjutkan sampai
mencapai kekencangan sampai 100% semua baut yang dikencangkan sesuai syarat
kekncangannya di beri tanda dengan cat,untuk memudahkan pemeriksaan bila
terjadi perubahan ( kendor ) beton slab di cor pada saat jembatan di atas
ganjal .
Ø Bila
semua batang telah tersusun dan kekuatan sambungan ( baut ) telah cukup
persyaratan ,serta beton slab telah cukup keras maka kedua ujung di angkat
sedikit dengan jack / dongkrak ,untuk melepas balok ganjal ( baik yang ada di
perletakan maupun ada perancah ).
Ø Setelah
bearing pad di pasang dengan baik maka jembatan di turunkan kembali, di dudukan
di perletakannya dengan menurunkan jack secara pelan-pelan .
Ø Untuk
keperluan pengecoran laintai beton bekisting / formwork dapat di tumpukan pada
batang baja melintang .setabilitas tumpuan bekisting di perkuat dengan
pemasangan baji yang di paku satu dengan yang lain .
Ø Pengecoran
lantai disarankan dimulai dari setengah bentang jembatan , kearah ke dua tepi
perletakan , secara seimbang (bergantian) ,agar timbul gaya- gaya yang
simetris.
Ø Khusus
jembatan rangka baja yang menggunakan rubber bearing (perletakan dari karet)
,pengecoran lantai beton jembatan di lakukan pada saat jembatan masih di
dudukan pada ganjal (perletakan sementara) bila pengecoran lantai beton di
lakukan pada saat jembatan terletak di atas rubber bearing maka akan terjadi
gaya geser yang cukup besar pada rubber bearing ,yang dapat mengakibatkan
pecahnya rubber bearing .
Ø Bila
pengecoran beton lantai di lakukan setelah jembatan di letakan di atas rubber
bearing maka akan terjadi deformasi pada rubber bearing .Beton lantai di cor
dengan posisi rubber bearing bebas ( jembatan di tahan oleh jack/dongkrak ),
setelah pengecoran selesai jembatan di letakkan pada rubber bearing tidak
mengalami deformasi ( masih utuh ).
1 komentar:
BLOG BARU .... BUTUH MASUKAN